Pemerintah tengah gencar menggelar berbagai program untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) aktif melaksanakannya dengan sejumlah cara. Salah satunya dengan meluncurkan program Merdeka Belajar. Sebagai yayasan yang peduli terhadap kemajuan bangsa, Tanoto Foundation yang didirikan Sukanto Tanoto ikut serta mendukungnya.
Merdeka Belajar merupakan pokok kebijakan pendidikan nasional yang dicanangkan oleh Mendikbud Nadiem Makarim. Di dalamnya mencakup empat hal, yakni Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi.
“Empat program pokok kebijakan pendidikan tersebut akan menjadi arah pembelajaran ke depan yang fokus pada arahan Bapak Presiden dan Wakil Presiden dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia,” kata Nadiem.
Dikatakan oleh Nadiem, Merdeka Belajar berarti memberikan kesempatan bagi sekolah, guru dan muridnya bebas untuk berinovasi, bebas untuk belajar dengan mandiri dan kreatif. Hal itu diyakininya bisa berjalan jika bukan cuma pemerintah yang bergerak. Butuh figur-figur kompeten dalam dunia pendidikan yang disebutnya sebagai guru penggerak pendorong perubahan.
Nadiem yakin jika Merdeka Belajar diterapkan dengan baik, perbaikan dunia pendidikan akan terjadi. Edukasi berjalan lebih baik dan bisa menghasilkan generasi yang berkualitas.
Niat tersebut sejalan dengan visi dan misi Tanoto Foundation. Yayasan yang aktif dalam bidang pendidikan, pemberdayaan masyarakat, dan peningkatan kualitas hidup ini pun menyambutnya dengan baik. Mereka bahkan berkomitmen memberi dukungan lewat implementasi nyata.
Kebetulan intisari dari program Merdeka Belajar sudah ada dalam kegiatan Tanoto Foundation. Dalam bidang pendidikan, mereka sudah memiliki program PINTAR yang senada dengan Merdeka Belajar.
Secara garis besar, program PINTAR merupakan kependekan dari Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran. Melalui upaya ini, Tanoto Foundation ingin meningkatkan pendidikan dasar di Indonesia dengan memperbaiki kualitas pembelajaran dan kepemimpinan sekolah.
Adapun cara untuk melakukannya ialah dengan merancang beberapa aktivitas turunan. Tanoto Foundation melatih kepala sekolah, guru, pengawas, komite sekolah, dan dosen Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) mitra untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, dan budaya baca.
Dalam pembelajaran aktif, Tanoto Foundation melatih dan mendampingi para guru untuk menerapkan aspek-aspeknya. Inisiatif tersebut disingkat sebagai MIKIR yang merupakan sistem pembelajaran dengan mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi .
Untuk mendukung implementasinya, yayasan yang didirikan Sukanto Tanoto dan istri pada 1981 ini mendidik para guru mengembangkan tugas atau pertanyaan yang mendorong siswa menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran (HOTS/Higher Order Thinking Skill). Tujuannya supaya siswa memiliki keterampilan abad 21 yaitu berpikir kritis, memecahkan masalah secara kreatif, bekerja sama, dan berkomunikasi dengan baik.
Lalu, terkait peningkatan budaya baca, Tanoto Foundation mendampingi para guru dan kepala sekolah dalam mengembangkan program budaya baca. Implementasinya melalui prinsip keteladanan membaca, pembiasaan membaca, dan penyediaan buku-buku bacaan secara berkelanjutan.
Sedangkan terkait kepemimpinan sekolah, Tanoto Foundation membantu sekolah agar lebih partisipatif, akuntabel, dan berfokus pada peningkatan mutu pembelajaran. Kepala sekolah didorong menjadi pemimpin dalam pembelajaran. Contohnya dengan menjalankan supervisi berupa kunjungan kelas dan pendampingan kepada guru. Bukan hanya itu, orang tua dan masyarakat juga diajak dalam mendukung keberhasilan pembelajaran aktif.
Agar bisa menjalankannya dengan baik, Tanoto Foundation tidak melakukannya sendiri. Mereka bekerja sama dengan berbagai pihak sebagai mitra. Kemitraan pun dijalin bersama dengan pemerintah, guru, lembaga pelatihan guru, dan asosiasi pengajar.
Saat ini, program PINTAR telah dilakukan di lima provinsi, yakni Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kalimantan Timur, dan Jawa Tengah. Di dalamnya mencakup 14 Kabupaten/Kota, 426 SD & SMP, serta 10 LPTK.
MANFAAT YANG DIRASAKAN
Banyak manfaat yang dirasakan oleh berbagai pihak yang telah melaksanakan program PINTAR. Sekolah merasa siswa-siswa lebih antusias dalam menyerap pelajaran. Para guru pun mendapatkan peningkatan kemampuan mengajar. Sebaliknya para siswa juga lebih mudah menyerap materi pelajaran.
Salah satunya dirasakan oleh mereka semua di SDN 2 Sukorejo, Kendal, Jawa Tengah. Menurut salah seorang guru, Diannita Ayu Kurniasih, sekolahnya kian berkembang berkat penerapan program MIKIR mulai tahun 2018. Siswa disebutnya bisa menjalankan tugas secara aktif. Bahkan, hasilnya di atas perkiraan.
Oleh karena itu, ketika program Merdeka Belajar dicanangkan, Diannita menilai pihaknya tidak akan kesulitan. “Tiga dari empat komponen Merdeka Belajar yang disampaikan Mendikbud pada 11 Desember 2019 sudah kami lakukan. Positive deviation dilakukan dengan melakukan pembelajaran yang tidak harus sama dengan buku yang diterbitkan pemerintah, namun tetap mengacu pada kurikulum,” ujarnya.
Diannita menyatakan praktik nyatanya diwujudkan dalam 3 kegiatan. Pertama adalah penilaian akhir berbasis karya tulis. Dalam Merdeka Belajar penilaian tidak hanya berupa tes tulis dengan menjawab pertanyaan. Hal lain seperti penilaian portofolio, penugasan, karya tulis siswa, dan hasil karya siswa juga menjadi rujukan. Menurut Diannita, sistem penilaian itu telah dijalankan sekolahnya.
“Penilaian seperti ini sudah kami lakukan. Penyajian lembar kerja dengan memasukkan kegiatan dan pertanyaan tingkat tinggi yang tidak hanya mengajak siswa menjawab soal,” ujar DIannita. “Siswa juga dibiasakan untuk menulis laporan mengenai kegiatan yang mereka lakukan. Dengan pembiasaan ini diharapkan siswa akan terbiasa menulis karya tulis.”
Hal kedua berupa kemampuan dasar berbasis PISA juga dilakukan dengan baik. SDN 2 Sukorejo telah mengikuti arah kebijakan Ujian Nasional yang mengacu pada Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter.
“Kami sudah melakukannya. Kemampuan dasar Literasi dan Numerasi bahkan menjadi tolok ukur keberhasilan program. Acuan yang digunakan juga pada hasil TIMSS dan PISA,” ujar Diannita.
Kedua upaya itu dilengkapi dengan Penyederhanaan RPP. Merdeka Belajar mengarahkan bahwa inti dari proses pembelajaran terletak pada proses dan instrumen assessment. Penyusunan skenarionya yang menjadi kunci pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan guru.
“Di sini guru juga tidak terbebani format RPP yang baku. Justru yang harus dilakukan guru adalah fokus terhadap penyajian pembelajaran yang mengajak siswa berpikir tingkat tinggi. Assessment yang disajikan juga tidak harus sulit, tetapi fokus pada apa yang akan dinilai,” ujar Diannita.
Terlihat jelas program PINTAR memberi manfaat besar bagi siswa dan sekolah. Namun, para guru juga mendapat keuntungan dari kegiatan Tanoto Foundation ini. Pasalnya, mereka memperoleh dukungan penuh untuk mengembangkan kemampuan.
Dalam program PINTAR, kapasitas para pengajar juga dinaikkan. Mereka mendapat pelatihan berkelanjutan dari Tanoto Foundation.
“Kami melatih dan mendampingi para guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan komite sekolah untuk bekerja sama dalam meningkatkan hasil belajar siswa,” ujar CEO Global Tanoto Foundation, Satrijo Tanudjojo.
Dukungan serupa diberikan pula ke LPTK. Hal ini dirasa penting oleh Tanoto Foundation. Pasalnya, dari LPTK ini akan dilahirkan para guru yang mendidik siswa di sekolah.
“Di saat yang sama, kami juga memfasilitasi para dosen di LPTK untuk menerapkan perkuliahan yang menekankan pada praktik bagi mahasiswa calon guru. Agar saat menjadi guru, mereka mampu menerapkan pendidikan berkualitas,” kata Satrijo.
Upaya itu terus dilakukan oleh Tanoto Foundation secara konsisten. Mereka ingin membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia lewat pendidikan yang baik. Sebuah hal yang menjadi arahan dari pendirinya, Sukanto Tanoto, sejak dulu.