Saya sangat percaya bahwa tidak ada seorang anak yang bisa membalas pengorbanan yang telah diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Meskipun faktanya banyak anak yang telah membahagiakan orang tuanya dengan segala cara, tetapi itu tetap tidak bisa dijadikan alasan bahwa anak telah membalas semua pengorbanan orang tua.
Toh sebenarnya orang tua kita tidak pernah menuntut anaknya untuk membalas pengorbanan yang telah diberikan. Mereka sangat tulus mendidik, membesarkan dan merawat kita sejak berada di kandungan hingga dewasa seperti sekarang. Justru kita sebagai anak punya tanggung jawab ketika sudah dewasa nanti untuk merawatnya dengan penuh cinta, kasih sayang dan rasa hormat kepadanya. Tentu itu bisa dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan cara kita masing-masing.
Itulah yang menjadi alasan bagi saya menjadikan orang tua (bapak dan ibu) sebagai sosok yang paling saya sayangi di dunia ini.
Ya meskipun setelah sekarang saya dewasa mengerti bahwa orang tua saya dulu tidak mendidik saya dengan sempurna. Tetapi saya sangat bersyukur bahwa mereka adalah orang yang sangat sabar di dalam hidup saya.
Saya masih ingat ketika dulu masih kecil, saya sering dimarahi dan dibentak. Jujur baru saya sadari kalau seperti itu bisa membuat anak menjadi penakut dan pemalu. Dan faktanya memang saya menjadi orang yang pemalu dan penakut.
Tetapi justru itu saya ambil sisi positifnya. Saya tidak akan pernah menyalahkan bagaimana orang tua saya dulu mendidik saya, tetapi saya ingin fokus agar sekarang ini bisa merubah sifat-sifat buruk itu semua. Saya anggap ini PR dari orang tua saya bagi saya untuk bisa berkembang dengan apa yang telah diberikannya. Karena saya percaya setiap orang tua punya cara tersendiri dalam mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang berguna dan baik bagi siapa saja.
Itulah yang saya banggakan dari mereka. Kedua orang tua saya memang sangat membebaskan anak-anaknya untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Ya meskipun pernah memberikan masukan dan saran untuk memilih ini itu, tetapi pada akhirnya semua diserahkan ke anak-anaknya.
Filosofi Terima – Kasih…
Rasanya saya ingin menangis jika melihat apa yang telah saya dapatkan saat ini belum mampu untuk membuatnya bangga. Saya masih merasa banyak yang harus dilakukan untuk membuat orang tua saya bangga. Paling tidak dalam waktu dekat ini saya ingin memberikan sesuatu yang berharga bagi mereka sebagai bentuk ungkapan rasa terima kasih kepadanya.
Karena bagi saya hidup di dunia ini adalah sebuah bentuk ‘pembalikan telapak tangan’. Dari yang awalnya telapak tangan kita menengadah, kemudian telapan tangan harus menelungkup. Artinya adalah apabila kita sudah menerima sesuatu, janganlah lupa untuk memberikan sesuatu ke orang lain juga. Itulah filosofi “terima – kasih” yang selalu ada dibenak saya agar tetap terus berkarya dan membanggakan orang tua serta orang-orang disekitar saya.
Yang penting berguna…
Kebetulan sekali beberapa minggu yang lalu bapak dan ibu saya sempat mengeluh dengan barang yang dimiliki. Bermula dari ibu saya yang mengeluh karena alat olahraga yang digunakannya untuk senam yaitu sepatunya sudah mulai robek dan tidak nyaman digunakan. Beberapa bulan ini ibu saya memang ikut senam bersama ibu-ibu desa setiap seminggu sekali.
Waktu itu ketika ibu saya menanyakan harga sepatu untuk senam. Setelah saya jawab, ternyata ibu saya memberikan penjelasan kalau sepatunya sudah sobek dan tidak nyaman lagi digunakan. Padahal katanya sepatu ibu-ibu yang lain bagus. Untung saja ibu saya bukan orang yang gengsi-an, jadi meskipun sobek tidak menjadi alasan untuk tidak ikut senam.
Lalu selang beberapa hari kemudian, bapak saya sepulang kerja menanyakan kalau handphone nya bermasalah. Karena itu dulu handphone bekas dari saya, jadi bapak saya sering menanyakan ke saya kalau handphone bermasalah. Waktu itu bapak berkeluh kesah kalau handphone nya sudah mulai lemot, selain itu kameranya juga sangat berkurang kualitasnya.
Pernah waktu itu bapak minta bantuan ke saya untuk memotret salah satu dokumen kerjaannya memakai kamera handphone saya yang lebih bagus kualitasnya. Padahal kerjaan bapak memang membutuhkan handphone yang cukup mumpuni untuk memotret maupun kecepatan aksesnya.
Sebenarnya bapak sudah punya handphone sendiri sebelumnya, tetapi karena tiba-tiba handphone rusak dan mati total, akhirnya saya pinjami handphone milik saya yang sebenarnya juga performanya kurang bagus itu.
Nah, dari masalah yang diceritakan oleh ibu dan bapak, saya jadi ingin memberikan sesuatu yang benar-benar berguna bagi mereka.
Untuk ibu saya ingin saya memberikan sepatu olahraga wanita untuk senam yang bagus supaya nanti bisa membuatnya lebih semangat berolahraga dan tidak malu lagi kalau sepatunya rusak. Yang terpenting adalah berguna untuk menjaga kesehatannya. Ibu saya ini adalah seorang ibu rumah tangga, kalau pagi sampai siang berjualan bumbu dapur keliling ke desa-desa. Sampai rumah ada pekerjaan rumah lagi yang harus diselesaikan. Sehingga ibu saya memang butuh refreshing dan olahraga untuk tetap bisa menjaga kebugarannya.
Sedangkan untuk bapak, saya ingin memberikan handphone yang kekinian supaya bisa digunakan untuk mendukung pekerjaannya. Ya karena memang kalau melihat kondisi handphonenya yang sekarang sudah tidak layak digunakan lagi untuk mengakomodasi pekerjaan bapak saya.
Bapak saya itu seorang pegawai swasta. Selain bekerja kantoran, bapak juga aktif mengurusi sebuah lembaga keuangan di desa. Nah, tak jarang komunikasi dengan rekan timnya dilakukan melalui handphone. Misalnya mengirim dokumen laporan, atau mencari informasi melalui internet. Untuk itu saya berharap barang yang saya berikan ini nanti dapat menunjang pekerjaan bapak saya.
Selain alasan itu, saya juga ingin sekali-kali memberikan sesuatu yang berharga bagi orang tua saya. Berharga bukan berarti tinggi ‘nilai/harga’nya tetapi lebih kepada barang itu benar-benar bisa dimanfaatkannya dan berkesan untuk mereka. Handphone baru dapat membuat pekerjaan bapak saya semakin lancar, sedangkan sepatu dapat membuat olahraga ibu saya menjadi nyaman.
Saya juga ingin membuktikan bahwa saya peduli dengan apa yang mereka ceritakan ke saya.
Jika dulu waktu kecil saya sering merengek kalau sepatu sekolah sudah mulai rusak, lalu orang tua langsung membelikannya yang baru. Kini giliran saya untuk memberikan sesuatu untuk mereka yang memang itu benar-benar dibutuhkannya.
Semoga keinginan saya ini bisa terkabul dan membuat orang tua saya bisa tersenyum bahagia. 🙂
*Artikel ini diikut sertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Elevenia dengan tema “Cerita Hepi” Periode 6 Maret – 5 April 2017.
Aamiiin ya mas, :') Semoga keinginannya terwujud. Aku jg pernah kok punya pengalaman kayak mas. Semangat mas….