Sesampainya di Batam, Kamis (21/4) saya dan rombongan tidak langsung ke Pulau Belakang Padang yang di sana terdapat Tim Nusantara Sehat. Kami baru menuju ke sana pada hari kedua, Jum’at (22/4) pagi.
Dari kiri : Yulianti Nataya, Paras Mita, Jemris Mikael, Diah Satyani Saminarsih, M .Sc, ( Staf Khusus Mentri Kesehatan Bidang Peningkatan Kemitraan dan SDGs), Pijar Liendar, Sri Purnamawati / Foto oleh Bowo Susilo |
Melalui Pelabuhan Sekupang yang merupakan pelabuhan nasional dan internasional yang berada di pantai barat pulau Batam, provinsi Kepulauan Riau, Kami menuju ke Pulau Belakang Padang menggunakan perahu pompong yang cukup ditempuh dalam waktu kurang lebih 20-30 menit.
Rute Pelabuhan Sekupang ke Pulau Belakang Padang / Foto via GMap |
Perahu Pompong / dok.pribadi |
Bapak Penarik Perahu Pompong / dok.pri |
Pulau yang juga dikenal dengan sebutan Pulau Penawar Rindu ini masuk di Kecamatan Belakang Padang. Jadi, Kecamatan Belakang Padang ini adalah salah satu kecamatan kepulauan yang ada di Kota Batam. Lebih dari 100 pulau ada di kecamatan ini.
Dari data tahun 2014, Kecamatan Belakang Padang ini terdiri sekitar 108 pulau dengan komposisi 43 pulau berpenghuni, dan 65 pulau tidak berpenghuni. Dan kecamatan ini adalah kecamatan yang berbatasan dengan Singapura, pulau terluarnya adalah Pulau Nipah, Pulau Berhanti dan Pulau Pelampong.
Menarik…
Di sini daerah inilah, Tim Nusantara Sehat Periode II Tahun 2015 Kementerian Kesehatan RI ditempatkan di Puskesmas Belakang Padang. Bisa dibayangkan bagaimana mereka mengabdi di pulau yang berbatasan dengan negara tetangga, Singapura. Kemarin pun dari pulau ini saya melihat gedung-gedung menjulang tinggi yang ada di Singapura, sangat terlihat sekali. Dari pulau ini mungkin sekitar 30-45 menit saja.
Puskesmas Belakang Padang / dok.pri |
Nah, siapa saja anak-anak muda hebat yang berani mengabdi di daerah ini, mereka adalah :
- Jemris Mikael Atadena (Ahli Gizi),
- Pijar Liendar Ramadhana (Kesehatan Lingkungan),
- Paras Mita Sari (Farmasi),
- Sri Purnamawati (Bidan),
- Yulianti Nataya Rame Kana (Kesehatan Masyarakat)
Baru lima bulan lamanya mereka berada di Pulau Belakang Padang untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang ada di sana. Masa tugas yang lamanya dua tahun akan mereka tempuh dengan berbagai masalah yang ada.
Salah satu masalah itu adalah Air.
Kemarin, sesampainya di pulau ini, kami langsung menuju ke gedung serbaguna yang berada di dekat Puskesmas Belakang Padang. Di gedung ini, kami mendengar paparan dari berbagai pihak, salah satunya dari Tim Nusantara Sehat.
Perwakilan Tim Nusantara Sehat, Pijar Liendar Ramadhana, mengungkapkan jika di Kecamatan Belakang Padang, air bersih itu seperti emas.
Pijar Saat Memaparkan Kondisi Belakang Padang / Foto. dok.pri |
Mendengar hal itu, saya sangat merasa untuk terus bersyukur atas apa yang telah diberikan-Nya.
Ketika saya terlalu lama mandi di hotel dengan berendam air panas, membuang-buang air dengan cuma-cuma, ternyata saudara saya yang masih satu daerah masih kekurangan air bersih.
Untuk mendapatkannya saja hanya mengandalkan air hujam dan air waduk (bendungan). Bahkan ketika waktu itu Jum’atan di masjid setempat, salah seorang takmir masjid mengumumkan bahwa infaq masjid yang didapat juga telah digunakan untuk membeli air. Sesulit inikah mencari air bersih? Semoga Allah terus melimpahkan rizki untuk saudara-saudara saya di sana.
Tentu dengan masalah kekurangan air ini juga akan berdampak pada kesehatan masyarakat di sana.
Tidak hanya masalah air, tapi yang menjadi perhatian saya adalah soal sampah. Ketika memasuki pulau ini, dipinggiran pantai akan terdapat pemandangan yang tak nyaman sekali, yakni kumpulan sampah yang sangat banyak.
Sampah di dekat pelabuhan Belakang Padang / dok.pribadi |
Meskipun sampah berada di pinggiran pantai, bukan tengah pemukiman, tentu saja ini menjadi dampak negatif bagi kesehatan lingkungan.
Sayang, ketika di Pulau Belakang Padang saya tak sempat menanyakan hal ini kepada mereka Tim NS. Tapi selepas dari sana, saya mencoba untuk menghubungi Pijar melalui akun media sosialnya.
Kemarin saya mencoba bertanya soal tindakan edukasi ke masyarakat di sana soal tata kelola sampah. Pijar pun menjelaskan bahwa sebenarnya sudah ada edukasi, namun masyarakat di sana belum bisa tergerak secara mandiri.
“Untuk edukasi sudah mas. Tapi masyarakat memang sudah terbiasa. Untuk kegiatan gotong royong sudah dikasih jadwal tapi masyarakat belum tergerak. Kami untuk gotong royong pembersihan kami gandeng Koramil sama Polsek Belakang padang. Memang masyarakat sini sudah terbiasa mas. Jadi kami masih berusaha untuk bisa gerakan masyarakat sini,” jelas Pijar melalui akun media sosialnya.
Dari sini saya mengambil kesimpulan bahwa masalah utama yang ada di Pulau Belakang Padang sebenarnya pola pikir masyarakat yang belum sadar soal kesehatan lingkungan. Padahal kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat itu sendiri.
Hal ini juga diperkuat dari penjelasan yang disampaikan oleh Jemris, Tim NS yang berasal dari Alor, Nusa Tenggara Timur. Di sela-sela melihat ruangan Puskesmas Belakang Padang, Jemris menjelaskan bahwa dirinya dalam hal memberikan edukasi dan pelayanan gizi terhadap anak-anak Belakang Padang harus menggunakan strategi khusus.
Foto bersama Jemris |
Jemris menyadari bahwa pola pikir masyarakat di sana khususnya kalangan ibu-ibu masih belum bisa menyadari pentingnya memberikan pola makan sehat kepada anaknya. Ibu-ibu di sana memberikan makanan ke anak hanya dari apa yang disukai si anak. Sehingga entah itu makanan sehat atau tidak, ya tetap dikasih.
Melihat masalah ini, Jemris sebagai Ahli Gizi, memiliki strategi untuk merupakan pola makan anak. Bukan memulainya dengan merubah pola pikir sang orang tuanya, tapi justru mendekati anak-anak agar menyukai makanan yang sehat dan bergizi. Salah satunya dengan mengedukasi anak-anak untuk meminum susu secara rutin. Dan ini terbukti efektif untuk mengatasi masalah ini.
Itu beberapa masalah yang ada di Pulau Belakang Padang, dan upaya yang telah dilakukan oleh Tim NS di sana. Tentu, saat ini masih banyak tugas yang perlu dilakukannya agar kehidupan masyarakat di Belakang Padang menjadi lebih sehat. Dan yang terpenting adalah bagaimana menyadarkan masyarakat untuk hidup sehat.
Tugas berat memang, tapi inilah yang dinamakan pengabdian. Pengabdian tidak memandang seberapa banyak masalahnya, tapi seberapa besar yang telah diperbuat untuk merubah segalanya.
Meski hanya bertemu beberapa jam, saya sangat merasa senang bisa bertemu dengan teman-teman Tim NS ini. Mereka anak-anak muda yang telah ikut membangun Indonesia bukan hanya sekedar bicara, tapi juga melakukan dengan apa yang mereka bisa.
Terima kasih Nusantara Sehat telah ada untuk memberikan upaya perluasan pelayanan kesehatan di seluruh negeri ini. 🙂
Baca juga Artikel Terkait “Nusantara Sehat”!
- Part 1 : Nusantara Sehat : Merajut Mimpi Bersama Kemenkes RI
- Part 2 : Nusantara Sehat : Terpilih Menjadi Bagian dari Sahabat Indonesia Sehat
- Part 3 : Nusantara Sehat : Kantor Kesehatan Pelabuhan Sebagai Filter Penyakit Menular di Suatu Negara
- Part 4 : Nusantara Sehat : Data Driven Journalism, Memperkuat Berita Dengan Data
- Part 5 : Nusantara Sehat : Tim Nusantara Sehat Mengabdi Untuk Negeri
- Part 6 : Nusantara Sehat : Pulau Perbatasan dan HIV
- Part 7 : Nusantara Sehat : Dari Naik Pesawat Sampai Ketinggalan Kereta
Negeri yang elok ini ternyat masih ada yang mengalami kesulitan air bersih. Sungguh miris membacanya. Kemana itu pemerintah setempat ya ? apa belum punya program yang handal demi masa depan. Ah pening kepala ini.
Pemerintah setempat juga sudah berusaha memberikan suplai air bersih kok mas, tapi ya karena faktor alam, di sana masih sulit air. semoga tidak pening lagi. syukur-syukur mas punya solusi dan mau membantu saudara di sana
Wah dolanmu adoh banget yaaaa.. Btw sampahe kuwi nggilani. Lha nek memang masyarakate angel dikandani yo susah ya ngature piye.