“Nak, besok kalau sudah besar ingin jadi apa?“, tanya Marsinah kepada Tio, anaknya.
“Ehmm, jadi dokter bu biar bisa ngobatin orang sakit.”, jawab Tio sambil tersenyum.
Sang Ibu pun langsung meresponnya, “Waduh dokter itu biaya mahal nak, buat kuliahnya nanti butuh duit banyak.“
Tio pun terdiam lama dan hanya memberikan ekspresi senyum kepada Ibunda tercintanya.
——————————————–
Kawan, mungkin hampir semua dari kita sudah pernah ditanya jika sudah besar ingin menjadi apa. Benar kan? Lalu ingatkah apa yang kita inginkan sewaktu kecil dulu? Dan apakah saat ini sudah tercapai? Mari kita instropeksi sendiri.
Namun, masih banyak juga orang-orang disekeliling kita yang hanya sebatas “bertanya” apa yang kita inginkan, bukan bertanya untuk “peduli” dengan apa yang kita impikan. Itulah salah satu yang menjadi kita menjadi merasa sendiri dan sulit untuk menggapai apa yang kita inginkan.
Coba bayangkan apa yang akan dilakukan oleh Tio setelah mendengar respon dari Ibundanya. Ya, pasti Tio akan berubah pikiran untuk tidak menjadi dokter. Ya, meskipun ada peluang buat Tio untuk tetap mempertahankan impiannya namun peluang terbesar adalah Tio merubah keinginannya karena tidak ingin membebani orang tuanya.
Tio pun menjadi tidak memiliki pandangan masa depan lain karena terpaku pada orang tua. Saya tidak menyebutkan jika orang tua penghambat impian anak. Namun, di masa sekarang ini masih banyak orang yang tidak bisa berkembang sesuai dengan bakat dan keinginannya karena hanya terpaku pada orang tua.
Ada kasus lain, bapaknya adalah seorang Pegawai PNS, ibunya juga Pegawai PNS, maka anaknya 90% akan menjadi PNS pula. Mengapa? Hal ini tentu dilandasi oleh pola didik orang tua kepada anak. Karena sang ayah dan ibu sudah merasakan enaknya menjadi PNS, dengan gaji tetap tiap bulan, tunjangan dan masa depan terjamin. Oleh karena itu, mereka ingin anaknya juga seperti itu agar hidupnya enak.
“Semua orang tua tentu ingin anaknya bahagia dan hidupnya enak, namun jangan patahkan impian anak hanya dengan satu pilihan saja.”
Dalam artikel singkat ini saya hanya ingin menyampai pesan kepada semua orang tua agar mendukung apa yang telah diimpikan sang anak. Meskipun impian sang anak bertentangan dengan keingian orang tua, orang tua pun harus terus mendukungnya asal itu positif. Saya rasa sebuah keberhasilan seseorang itu ditentukan ditempat paling kecil yaitu keluarga. Jika keluarga sudah mendukungnya maka anak akan berkembang dengan kreatifitas yang dimilikinya.
Tugas orang tua hanyalah sebagai pendukung dan meluruskan jika anak berbelok arah.
Hapus semua ketakutan orang tua jika anaknya nanti tidak bisa hidup enak seperti orang tuanya. Ketakutan-ketakutan seperti itu hanya akan menghambat kesuksesan anak. Orang tua wajib yakin jika sang anak telah melakukan apa yang disukainya demi impian positifnya, maka ia akan bahagia walaupun akan menghadapi berbagai kesulitan dan hambatan.
Berikan anak kebebasan untuk memilih dan menentukan masa depannya, jika itu positif maka dukung dan restuilah. Jika itu negatif berikan solusi yang terbaik agar tidak memilih pilihan yang negatif tersebut.
Hidup ini akan indah jika orang disekeliling kita mendukung apa yang kita pinta. Masa depan ada di tangan pribadi masing-masing, bukan ada di tangan orang tua maupun pemerintah.
Semoga dengan artikel singkat ini para orang tua mampu membuka pikirannya secara terbuka. Bukan maksud untuk membuat anak membangkang, bukan..bukan itu. Namun hanya ingin memberikan anak keleluasaan untuk berkembang dari bakat dan minat yang dimilikinya.
“Orang sukses adalah orang yang mencurahkan lebih dari separuh hidupnya untuk mewujudkan apa yang menjadi cita-cita dan tujuan dalam hidupnya.”
Bagikan artikel ini untuk memberitahukan kepada seluruh orang tua agar terus mendukung apa yang menjadi keputusan positif sang anak!