Prahara Ayam Kampus saat ini semakin membara, banyak anak-anak muda yang terjebak dalam bisnis esek-esek ini. Seolah tak memikirkan masa depannya. Kalangan mahasiswi lah yang menjadi aktor utamanya. Banyak sekali mahasiswi yang memiliki sampingan sebagai Ayam kampus.
Sebenarnya apakah itu Ayam Kampus? Saya pun juga tidak mengetahuinya secara detail karena hanya mendapatkan informasi dari mulut ke mulut bahwa saat ini banyak sekali mahasiswi yang menjajakan dirinya untuk mendapatkan “uang” tentunya.
Lalu apakah menjamurnya Ayam Kampus ini merupakan Permintaan (Keadaan yang memaksa) atau sudah menjadi Gaya Hidup?
Ilustasi Foto : http://edsus.tempo.co/Ayam-kampus |
Banyak faktor yang menyebabkan mengapa hal ini terjadi, dan salah satunya adalah pergaulan. Pergaulan saat ini sangatlah bebas, apalagi di Kota-Kota besar yang hal semacam ini seolah sudah menjadi hal yang lumrah.
Jika kita amati, Ayam Kampus ini tak ada bedanya dengan PSK (Pekerja Seks Komersial) yang menjajakan dirinya kepada pria-pria hidung belang demi mendapatkan segepok uang.
Uang, yah…kalau bicara soal uang pastinya ada faktor lain lagi, yaitu Ekonomi. Kebutuhan yang semakin banyak dan ketersediaan uang yang semakin menipis, membuat para mahasiswi memiliki sampingan yang haram ini.
Dilansir dari Tempo.co, Peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya Makassar Joni Lisungan mengungkapkan tarif Ayam Kampus Makassar bervariasi mulai dari Rp 1,5 juta hingga Rp 4,5 juta. Ini untuk tariff short time.
Mahasiswi yang hobinya menguras dompet untuk shopping tentunya jika melihat uang sebanyak itu akan tergiur, tinggal iman mereka jika kuat maka aman, jika tidak kuat ya bisa jadi menjadi ‘Ayam Kampus’.
Kegiatan ini juga tak bisa hilang jika minat pemesan selalu padat. Seolah juga sudah menjadi gaya hidup dari tahun ke tahun. Bahkan hal ini sudah muncul dari tahun 1993.
Dilansir dari Tempo.co bahwa Hasil survei Retorika–selanjutnya ditulis oleh majalah Tempo edisi 1993–menyebutkan bahwa 0,02 persen mahasiswa perguruan tinggi top di Jawa Timur itu adalah perek, yang sekarang dikenal dengan panggilan ayam kampus.
Pemasok ayam kampus itu, antara lain, berasal dari Fakultas Ekonomi, namun tak disebutkan jumlahnya. Di lingkungan FISIP, tulis Retorika, tersedia 40 mahasiswi berstatus perek. Bahkan 5,7 persen mahasiswa FISIP menganut ideologi seks bebas. “Ini yang mengaku, yang tidak mengaku tentu lebih besar,” tulis Retorika.